Selasa, 29 November 2016

Pengertian Murid, Siswa, Pelajar, dan Mahasiswa

Saya sudah beberapa tahun menjadi pengajar dan pendidik, tetapi rasanya belum pernah mencari tahu secara utuh pengertian tentang subjek yang saja ajak untuk mencari ilmu. Saya sendiri sudah pernah mengajar tingkat SMP, SMA, SMK baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Bahkan mengajar mahasiswa di perguruan tinggi. bahkan mengajar anak tingkat TK dan Paud pun sudah pernah di kelas nonformal seperti di TPA maupun mengajarkan les privat. Untuk itu tulisan ini untuk diri sendiri agar jika suatu saat saya ditanya oleh seseorang tidak terlalu sulit untuk mencari tahu sendiri jawabannya. Nanti saya ingin sekali mengupas perbedaan siswa SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa secara sudut pandang saya pribadi. Wahh, pastinya akan dipenuhi emosional karena mereka semua sangat berarti untuk kehidupan pribadi saya sampai saat ini.

Murid, berasal dari serapan bahasa Arab yakni araada, yariidu, muriidan yang maknanya kurang lebih, memiliki keinginan, berkehendak dan mempunyai minat. secara makana berarti seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Dari arti ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa keaktifan, inisiatif dan minat menjadi dasar dari kata murid.

Siswa, berasal dari serapan bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa disebut WASIS yang artinya pintar atau pandai. Siswa adalah kebalikan dari 'pandai', artinya orang yang menjadi siswa adalah orang yang
merasa tidak pandai, belum pandai, atau kurang ilmu. Hingga tujuan akhirnya adalah menjadi orang yang wasis, yaitu orang yang pandai atau berilmu. Banyak yang menyebutkan bahwa kata siswa ini sudah ada jauh hari sebelum Taman Siswa lahir.


Pelajar, adalah orang-orang yang ikut serta dalam proses belajar. Menurut Nasution, belajar merupakan kegiatan mengumpulkan dan menambah sejumlah ilmu dan pengetahuan, sedangkan pelajar adalah pelakunya. Sedangkan Sudjana mengemukakan pengertian belajar secara lebih jelas, yakni setiap upaya yang sengaja diciptakan agar terjadi suatu kegiatan yang edukatif antara peserta didik (pelajar) dan pendidik (pengajar). Pelajar pada dasarnya adalah konsumen dari jasa yang diberikan oleh pengajar.

Mahasiswa, adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Mahasiswa adalah suatu kata yang tersusun dari dua unsur kata yaitu Maha dan Siswa. Dimana kata maha disini diartikan sebagai sesuatu yang lebih tinggi atau tidakpernah merasa cukup. Jadi mahasiswa tingkatanyya lebih tinggi dibandingkan siswa biasa yang tidak pernah merasa cukup untuk menuntuk ilmu.


Jadi, menurut saya kata murid cocok untuk usia TK dan SD. Sedangkan siswa untuk SMP dan pelajar untuk SMA. Sedangkan mahasiswa sebutan untuk usia berapapun yang masih menjalani pendidikannya di perguruan tinggi. Mereka semua adalah peserta didik yang memiliki kesamaan hak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai jenjangnya.

Siswa TK dan SD mendapatkan pengarahan penuh oleh gurunya. Siswa SMP, SMA, SMK adalah masa peralihan dimana mereka yang lebih banyak aktif dalam pembelajaran demi membentuk jati diri mereka yang tentunya difasilitasi oleh guru. Lalu mahasiswa lebih bersifat independen karena sudah bisa mengatur dan mengarahkan diri sendiri, maka dosen hanya mengarahkan kurikulumnya saja. Maka beban dosen tentunya lebih ringan dibandingkan guru.

Jika anda tidak ingin belajar, tak seorang pun yang akan menolong anda. Sebaliknya jika anda memutuskan untuk belajar, tak seorang pun yang mampu menghentikan anda.
Persamaan murid, siswa, dan mahasiswa adalah mereka sama-sama peserta didik yang berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan jenjang yang sedang ditempuhnya. - See more at: http://esqsmartplus.com/apa-bedanya-murid-siswa-dan-mahasiswa/#sthash.CWMvUFQ2.dpuf

Kata ‘murid’ berasal dari serapan bahasa Arab yakni araada, yuriidu, muriidan yang maknanya kurang lebih, memiliki keinginan, berkehendak dan mempunyai minat. Secara maknawi berarti seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Dari arti ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa keaktifan, inisiatif dan minat menjadi ruh dari kata ‘murid’.
Sedangkan kata siswa, patut diduga berasal dari bahasa Jawa. Kata ini ada jauh sebelum berdirinya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia. Siswa adalah orang yang menerima pengajaran dari guru. Dengan ilmu otak-atik gathuk, mengotak-atik kata untuk mencari kesesuaian. Siswa bisa berarti orang yang ingin wasis atau pintar. Sebetulnya juga bermakna bagus, hanya saja saya berpikir kata ‘murid’ lebih berenergi karena orang memiliki keinginan, minat, dan berusaha aktif.
- See more at: http://esqsmartplus.com/apa-bedanya-murid-siswa-dan-mahasiswa/#sthash.CWMvUFQ2.dpuf
Kata ‘murid’ berasal dari serapan bahasa Arab yakni araada, yuriidu, muriidan yang maknanya kurang lebih, memiliki keinginan, berkehendak dan mempunyai minat. Secara maknawi berarti seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Dari arti ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa keaktifan, inisiatif dan minat menjadi ruh dari kata ‘murid’.
Sedangkan kata siswa, patut diduga berasal dari bahasa Jawa. Kata ini ada jauh sebelum berdirinya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia. Siswa adalah orang yang menerima pengajaran dari guru. Dengan ilmu otak-atik gathuk, mengotak-atik kata untuk mencari kesesuaian. Siswa bisa berarti orang yang ingin wasis atau pintar. Sebetulnya juga bermakna bagus, hanya saja saya berpikir kata ‘murid’ lebih berenergi karena orang memiliki keinginan, minat, dan berusaha aktif.
- See more at: http://esqsmartplus.com/apa-bedanya-murid-siswa-dan-mahasiswa/#sthash.CWMvUFQ2.dpuf
Kata ‘murid’ berasal dari serapan bahasa Arab yakni araada, yuriidu, muriidan yang maknanya kurang lebih, memiliki keinginan, berkehendak dan mempunyai minat. Secara maknawi berarti seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Dari arti ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa keaktifan, inisiatif dan minat menjadi ruh dari kata ‘murid’.
Sedangkan kata siswa, patut diduga berasal dari bahasa Jawa. Kata ini ada jauh sebelum berdirinya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia. Siswa adalah orang yang menerima pengajaran dari guru. Dengan ilmu otak-atik gathuk, mengotak-atik kata untuk mencari kesesuaian. Siswa bisa berarti orang yang ingin wasis atau pintar. Sebetulnya juga bermakna bagus, hanya saja saya berpikir kata ‘murid’ lebih berenergi karena orang memiliki keinginan, minat, dan berusaha aktif.
- See more at: http://esqsmartplus.com/apa-bedanya-murid-siswa-dan-mahasiswa/#sthash.CWMvUFQ2.dpuf
Kata ‘murid’ berasal dari serapan bahasa Arab yakni araada, yuriidu, muriidan yang maknanya kurang lebih, memiliki keinginan, berkehendak dan mempunyai minat. Secara maknawi berarti seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Dari arti ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa keaktifan, inisiatif dan minat menjadi ruh dari kata ‘murid’.
Sedangkan kata siswa, patut diduga berasal dari bahasa Jawa. Kata ini ada jauh sebelum berdirinya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia. Siswa adalah orang yang menerima pengajaran dari guru. Dengan ilmu otak-atik gathuk, mengotak-atik kata untuk mencari kesesuaian. Siswa bisa berarti orang yang ingin wasis atau pintar. Sebetulnya juga bermakna bagus, hanya saja saya berpikir kata ‘murid’ lebih berenergi karena orang memiliki keinginan, minat, dan berusaha aktif.
- See more at: http://esqsmartplus.com/apa-bedanya-murid-siswa-dan-mahasiswa/#sthash.CWMvUFQ2.dpuf
Kata ‘murid’ berasal dari serapan bahasa Arab yakni araada, yuriidu, muriidan yang maknanya kurang lebih, memiliki keinginan, berkehendak dan mempunyai minat. Secara maknawi berarti seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Dari arti ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa keaktifan, inisiatif dan minat menjadi ruh dari kata ‘murid’.
Sedangkan kata siswa, patut diduga berasal dari bahasa Jawa. Kata ini ada jauh sebelum berdirinya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia. Siswa adalah orang yang menerima pengajaran dari guru. Dengan ilmu otak-atik gathuk, mengotak-atik kata untuk mencari kesesuaian. Siswa bisa berarti orang yang ingin wasis atau pintar. Sebetulnya juga bermakna bagus, hanya saja saya berpikir kata ‘murid’ lebih berenergi karena orang memiliki keinginan, minat, dan berusaha aktif.
- See more at: http://esqsmartplus.com/apa-bedanya-murid-siswa-dan-mahasiswa/#sthash.CWMvUFQ2.dpSilakan membaca http://esqsmartplus.com/apa-bedanya-murid-siswa-dan-mahasiswa/

Senin, 28 November 2016

Rindu Setahun ini

Aku menatap lamat di atas ayunan besi tua, beradu memandang sudut tepat di depanku. Singgasana cinta setahun yang lalu.
Antara langit kelabu menyisakan kabutnya, kemudian angin berbisik dingin.
Ia mengingatkan hari ini sampai seterusnya dalam setahun aku akan merayakan dua kali hari bahagia.
Ulang tahun dan anniversary semacam itu.
Ucapan selamat dari semesta saat kami  sendiri-sendiri.
Ku kira tak seorang pun yang tak pernah berpikir untuk bisa memutar waktu.
Atau sekadar berangan memiliki pintu kemana saja yang kita suka.
Teringat.
Kata mereka, aku hebat.
Adalah aku milikmu dan takkan pernah pergi.
Seperti pelaut sejati yang selalu pulang, senang mencium bau tepi.
Jika rindu sedingin salju, aku lebih rela membeku daripada hidup jauh darimu.
Tapi Tuhan berkata lain. Khusus untuk kita pasangan yang asing.
Ia telah mengajarkan, bahwa engkau bukan milikku dan aku bukan untukmu seutuhnya.
Kita saling mencintai secukupnya.
Mencintai dalam kesetiaan.
Menghormati dalam kasih sayang.
Menyayangi dengan kerinduan.
Bahwa mencintai sesungguhnya adalah derita yang dimengerti.
Kemudian aku beranjak, bercermin pada kolam ikan sambil mengingat-ingat berapa banyak yang sudah ku beri.
Doa.
Air, mata, dan udara yang menyampaikan pesan-pesan hati kita.
Tak banyak kenangan yang berjejal. Semacam foto dalam bingkai.
Namun, hati ini sesak dengan harapan-harapan yang mungkin melebur di surga.
Kita bukan selembar daun yang melayang jatuh di atas rumput.
Aku tak ingin lama memandang langit. Angkat aku letakkan diantara halaman buku pelautmu.
Karenamu, aku tak terbawa angin atau tersapu tiap pagi setahun ini.
Terimakasih karena mata tak lagi iri kepada hati, saat kau ada di hatiku, namun tak nampak di mataku.
Telah ku siapkan hadiah kecil di atas meja makan bundar. Lucu, pitanya putih dan hijau warna kesukaanmu. Lengkap dengan halmark ku beli dengan mahal berisi untaian kata paling indah.
Suatu saat ketika titik balik hidup kita, mari buka hadiah itu bersama, kau bersama toga kebanggaanmu. Aku bersama lumuran tinta penuh rindu.

(Puisi ini tercipta ketika ulang tahun pernikahan yang pertama pada Mei 2016)

Minggu, 27 November 2016

Langit Tersenyum



Suatu pagi,
Aku menyaksikan langit yang sedang tersenyum.
Kemudian ia menjatuhkan banyak kata sifat.
Itu membuat kepalaku jadi kantor paling sibuk sedunia.
Memikirkan bermacam cara agar sifat-sifat baik dari langit tak aku curangi.

Kau jangan heran,
Langit bisa kelihatan seperti lembar kosong.
Kau bisa lahir dimana saja,
Tapi lokasi mimpi selalu berada di atas sana.
Langit adalah candu ketika jenuh datang melanda.
Ia selaku kitab mujarab yang terbentang ,
Ketika dunia menatapmu berbeda.

Pernah langit bercerita padaku.
Bahwa tiada awan setia yang bertahan lama.
Tapi sampai  akhir bumi berputar, ia selalu menerima awan dengan senyuman terbaiknya.
Sejak saat itu, aku memandang langit lebih jelas di malam hari melalui cinta.

Langit  membuatku menatap diri sendiri.
Berusaha menebak apa yang akan terjadi esok hari.
Kau lengkapi jalan cerita dengan menjadi anak tangga nirwana.
Jika saja senyumannya tak seindah itu,
Aku takkan rela mewarnai hari-hari rindu, dengan warna cerah biru.

(PUisi ini tercipta ketika ada tugas mengumpulkan antologi puisi MGMP Guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten)