Senin, 28 November 2016

Rindu Setahun ini

Aku menatap lamat di atas ayunan besi tua, beradu memandang sudut tepat di depanku. Singgasana cinta setahun yang lalu.
Antara langit kelabu menyisakan kabutnya, kemudian angin berbisik dingin.
Ia mengingatkan hari ini sampai seterusnya dalam setahun aku akan merayakan dua kali hari bahagia.
Ulang tahun dan anniversary semacam itu.
Ucapan selamat dari semesta saat kami  sendiri-sendiri.
Ku kira tak seorang pun yang tak pernah berpikir untuk bisa memutar waktu.
Atau sekadar berangan memiliki pintu kemana saja yang kita suka.
Teringat.
Kata mereka, aku hebat.
Adalah aku milikmu dan takkan pernah pergi.
Seperti pelaut sejati yang selalu pulang, senang mencium bau tepi.
Jika rindu sedingin salju, aku lebih rela membeku daripada hidup jauh darimu.
Tapi Tuhan berkata lain. Khusus untuk kita pasangan yang asing.
Ia telah mengajarkan, bahwa engkau bukan milikku dan aku bukan untukmu seutuhnya.
Kita saling mencintai secukupnya.
Mencintai dalam kesetiaan.
Menghormati dalam kasih sayang.
Menyayangi dengan kerinduan.
Bahwa mencintai sesungguhnya adalah derita yang dimengerti.
Kemudian aku beranjak, bercermin pada kolam ikan sambil mengingat-ingat berapa banyak yang sudah ku beri.
Doa.
Air, mata, dan udara yang menyampaikan pesan-pesan hati kita.
Tak banyak kenangan yang berjejal. Semacam foto dalam bingkai.
Namun, hati ini sesak dengan harapan-harapan yang mungkin melebur di surga.
Kita bukan selembar daun yang melayang jatuh di atas rumput.
Aku tak ingin lama memandang langit. Angkat aku letakkan diantara halaman buku pelautmu.
Karenamu, aku tak terbawa angin atau tersapu tiap pagi setahun ini.
Terimakasih karena mata tak lagi iri kepada hati, saat kau ada di hatiku, namun tak nampak di mataku.
Telah ku siapkan hadiah kecil di atas meja makan bundar. Lucu, pitanya putih dan hijau warna kesukaanmu. Lengkap dengan halmark ku beli dengan mahal berisi untaian kata paling indah.
Suatu saat ketika titik balik hidup kita, mari buka hadiah itu bersama, kau bersama toga kebanggaanmu. Aku bersama lumuran tinta penuh rindu.

(Puisi ini tercipta ketika ulang tahun pernikahan yang pertama pada Mei 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar