Minggu, 27 November 2016

Langit Tersenyum



Suatu pagi,
Aku menyaksikan langit yang sedang tersenyum.
Kemudian ia menjatuhkan banyak kata sifat.
Itu membuat kepalaku jadi kantor paling sibuk sedunia.
Memikirkan bermacam cara agar sifat-sifat baik dari langit tak aku curangi.

Kau jangan heran,
Langit bisa kelihatan seperti lembar kosong.
Kau bisa lahir dimana saja,
Tapi lokasi mimpi selalu berada di atas sana.
Langit adalah candu ketika jenuh datang melanda.
Ia selaku kitab mujarab yang terbentang ,
Ketika dunia menatapmu berbeda.

Pernah langit bercerita padaku.
Bahwa tiada awan setia yang bertahan lama.
Tapi sampai  akhir bumi berputar, ia selalu menerima awan dengan senyuman terbaiknya.
Sejak saat itu, aku memandang langit lebih jelas di malam hari melalui cinta.

Langit  membuatku menatap diri sendiri.
Berusaha menebak apa yang akan terjadi esok hari.
Kau lengkapi jalan cerita dengan menjadi anak tangga nirwana.
Jika saja senyumannya tak seindah itu,
Aku takkan rela mewarnai hari-hari rindu, dengan warna cerah biru.

(PUisi ini tercipta ketika ada tugas mengumpulkan antologi puisi MGMP Guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar